SERAMBINEWSCOM - Kolonel CHB Jun H Mastra, Kahubdam IM memimpin apel pagi sebelum ke lokasi gotong royong atau meuseuraya di kompleks makam kuno di Lampulo, Banda Aceh, Jumat (5/8/2022). Dalam
Pimpinan Suster CB Indonesia Yustiana Wiwiek Iswanti saat peluncuran buku Berlayar ke Tanah Misi dan Semaian Iman Sebaran Pengabdian di Aula Syantikara, Sabtu 6/10/2018. - Harian Jogja/Salsabila Annisa Azmi JOGJA-Perayaan Syukur Puncak Jubilee 100 Tahun Suster Cintakasih Santo Carolus Borromeus CB Hadir di Indonesia bertajuk Setia Misi Membangun Negeri digelar dengan berbagai acara. Salah satunya peluncuran dua buah buku yang mencatat sejarah pengabdian suster CB dari masa ke masa yang ditulis oleh orang-orang berbeda keyakinan atau lintas Publikasi Perayaan Syukur Puncak Jubilee 100 Tahun Suster CB Indonesia, Birgitta mengatakan buku tersebut berjudul Berlayar ke Tanah Misi dan Semaian Iman Sebaran Pengabdian. Dalam proses pembuatan dua buku tersebut diawali survei ke tempat yang memiliki nilai sejarah perjalanan suster CB Indonesia dalam mengabdi, contohnya gedung Rumah Sakit Panti Rapih. "Dalam buku Semaian Iman Sebaran Pengabdian ini kami coba menampilkan perspektif lintas iman terhadap pengabdian suster CB dalam sejarah bangsa yang hadir dari masa ke masa. Setiap masa caranya berbeda-beda, setiap masa ada dinamika masing-masing," kata Birgitta seusai acara pembukaan Perayaan Syukur Puncak Jubilee 100 Tahun Suster Cintakasih Santo Carolus Borromeus CB Hadir di Indonesia bertajuk Setia Misi Membangun Negeri di Aula Syantikara, Sabtu 6/10/2018.Pimpinan Suster CB Indonesia, Yustiana Wiwiek Iswanti menambahkan buku berjudul Berlayar ke Tanah Misi menceritakan kisah-kisah suster CB yang ditulis oleh orang-orang berbeda keyakinan yang tergabung dalam Komunitas Penulis Bilik Literasi Solo. Yustiana mengatakan penulisan dengan cara itu akan menghasilkan perspektif yang lebih luas dan umum soal perjalanan pengabdian suster CB di mengatakan salah satu tujuan perayaan 100 Tahun Suster CB di Indonesia adalah memaknai kembali secara baru semangat para pendahulu, yaitu 10 suster yang tiba di Indonesia pada itu sekaligus mengangkat spiritualis Bunda Elisabeth Gruijters yang mengabdi untuk Indonesia hingga menyentuh pinggiran kota di tengah situasi perang, kemiskinan, dan kemerosotan moral."Jadi, karya-karya dalam bidang kesehatan, pendidikan serta sosial pastoral sudah lahir sejak zaman Bunda Elisabeth," kata dari menyelenggarakan rumah perawatan di Batavia Jakarta, karya para suster CB ini pun berkembang dan melahirkan ratusan karya lain di penjuru negeri. Karya-karya itu hadir dengan tetap aktual dan update karena tantangan zaman yang mengatakan bentuk pembaruannya adalah spiritualitas yang diolah menjadi kinerja sehingga dapat terukur dan benar-benar dirasakan oleh yang fisik pun salah satunya bertujuan untuk mengikuti perkembangan zaman. Misalnya dalam bidang kesehatan dan pendidikan."Pasien itu butuh tempat yang nyaman. Namun bukan berarti tak ada ruang untuk orang miskin. Sejak awal sudah ada alokasi dana untuk mereka, sekolah juga begitu," kata mengatakan saat ini dalam berkarya suster CB berpegang teguh untuk Setia Misi dalam Membangun Negeri. Mereka mengambil bagian dalam situasi aktual yang dihadapi negara yaitu misi yang selaras dengan Nawacita. BACA JUGA Kementerian BUMN Bersama Telkom Bagikan 1000 Paket Sembako Murah di Batulicin Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Liputan6com, Jakarta - Dewi Perssik mulai mengumbar tabir buruk tentang mantan suaminya, Angga Wijaya ke publik usai resmi menjanda. Ia menduga bahwa pria yang telah menikahinya selama lima tahun sudah memalsukan tanda tangannya. Wanita yang akrab disapa DePe ini juga mempertanyakan nama Budianto yang selama ini telah menerima honor manggungnya. Padahal, Dewi Perssik tak pernah menggunakan
Liefdezusters van den Heiligen Carolus Borromeus CB Sejarah Didirikan oleh Elizabeth Gruters 1789 ~ 1864 pada tgl. 29 April 1837 di Maastrich, Nederland. Karya di Keuskupan Agung Jakarta Karya kesehatan RS Carolus yang berpusat di Maastricht, Nederland adalah pintu masuk kehadiran kongregasi CB ke Indonesia. Atas permintaan Mgr. Luypen SJ, Vikaris Apostolik Batavia, yang pada waktu itu membawahi seluruh Nusantara, kongregasi CB datang ke Indonesia. Pastor Luypen SJ menyatakan kesanggupan untuk menanggung biaya hidup selama 1 tahun bagi para suster CB yang datang dari Belanda. 2 September 1915, kontrak antara Badan Pengurus Perkumpulan St. Carolus yang diwakili Muder Lucia Nolet CB Pemimpin umum Kongregasi disahkan oleh Mgr. Luypen SJ dan Mgr. Jan Schrijnen Uskup Roermond, yang membawahi kongregasi CB di Maastricht sebagai cikal bakal pendirian RS Carolus di Indonesia. Untuk mengawali karya di Indonesia diutus 10 suster yang menyerahkan hidupnya dengan penuh cinta . Dalam suasana PD I, mereka berangkat pada tgl 22 Juni 1918. Setelah menempuh perjalanan selama 107 hari, menempuh samudera Atlantik ke New York, lalu ke Yokohama, mengarungi laut yang penuh ranjau perang dan bahaya badai, akhirnya tibalah para suster tersebut di Pelabuhan Tanjung Priok pada tgl 7 Oktober 1918. Pada masa awal, mereka diterima dengan hangat oleh para Suster Ursulin di Biara Jl. Pos, Jakarta Pusat, selama 3 bulan. Setelahnya pada 25 Oktober 1918, para suster CB pindah ke Biara CB di Jl. Salemba No. 37 Jakarta Pusat. RS. Carolus diberkati pada tgl 22 Januari 1919 dengan kapasitas 40 tempat tidur. Seiring dengan semakin berkembangnya RS, pada tahun 1920 dibukalah Pendidikan Perawat dan Kebidanan. RS Carolus saat ini berkapasitas 464 tempat tidur, diantaranya 30% disediakan bagi kaum miskin. Pada tahun 1966 pelayanan kesehatan berkembang sampai ke Tanjung Priok bagi masyarakat miskin disana. “Preferential option for the poor” sungguh terlaksana sebagai perwujudan semangat Bunda Elizabeth. Setelahnya pada tahun 1976, Kongregasi CB semakin memperluas Pelayanan Kesehatan yakni dengan terlibat langsung melalui karya di RS Atma Jaya Jakarta. Novisiat pertama dan karya pendidikan Dalam perkembangan selanjutnya Suster-suster CB berhasil menarik minat para gadis Indonesia pribumi untuk bergabung dalam kongregasi. Untuk itulah dibuka Novisiat pertama di tahun 1933 di komplek RS St. Carolus. Pada tahun 1934, Novisiat pindah ke Yogyakarta dengan pertimbangan Jakarta bukan tempat yang baik untuk Novisiat. Namun pada tahun 1953, muncul kebutuhan untuk membuka Novisiat di Jakarta lagi. Menggunakan tanah milik KAJ di Jl. Sungai Sambas III/7 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan didirikan Novisiat II. Berbarengan dengan itu 2 Novis mendapat tugas mengajar di SD Strada milik Paroki Blok B dan SD, SMP di Blok Q. pada tahun 1957, Kongregasi CB mendapat tawaran untuk mengambil alih sekolah-sekolah tersebut, namun hal itu baru terlaksana pada tahun 1959. Karena sekolah-sekolah tersebut bernaung dibawah Yayasan Tarakanita, maka kemudian sekolah-sekolah tersebut dinamakan sekolah-sekolah Tarakanita yakni SD Tarakanita 1 & 2, SMP Tarakanita 1. Sekolah Tarakanita semakin berkembang, yakni dengan pendirian SMA Tarakanita 1 Pulo Raya pada tahun 1962 atas permintaan Mgr. Djajasepoetra SJ, SMEA dan LPK Tarakanita pada tahun 1968, SD Tarakanita Simprug di tahun 1970, dan ditempat yang sama TK Tarakanita pada tahun 1976, TK ~ SMA Tarakanita di Pluit pada tahun 1974, TK~ SMP Tarakanita di Rawamangun sekaligus pendirian biara Rawamangun di tahun 1986, TK ~ SMP Tarakanita Citra Raya di tahun 1995, dan yang terbaru adalah SD ~ SMA di Gading Serpong- Tangerang pada tahun 2004 Karya lainnya Selain karya Kesehatan dan pendidikan diatas, Kongregasi CB juga berkarya dalam bidang lain-lainya Komunitas Tanjung Priok karya Pastoral melalui pelayanan bagi orang miskin melalui Yayasan Pelita Kasih sejak tahun 1969 atas permintaan Mgr. Djajasepoetra SJ . Komunitas Wisma Samadi Klender berbagai kegiatan pendalaman hidup/retret, pendidikan agama sejak tahun 1967 atas permintaan Mgr. Djajasepoetra SJ . Komunitas Muara Karang Karya Pastoral melalui pelayanan kesehatan Usaha Kesehatan Masyarakat di Kel. Penjaringan, Katekese di Paroki, Pendirian Koperasi, karya Sosial kunjungan orang sakit dan bantuan bagi masyarakat miskin. Komunitas Civita Pembinaa kaum muda melalui retret dan pendalaman iman lainnya sejak tahun 1974 atas permintaan Mgr. Leo Soekoto SJ Spiritualitas Karisma Cinta tanpa Syarat dan berbela rasa dari YESUS KRISTUS yang Tersalib. Visi Yang miskin, yang tersisih dan menderita diselamatkan dan dibebaskan dalam keutuhan Kerajaan ALLAH. Misi Mengambangkan relasi yang mendalam dengan KRISTUS dalam sikap hidup kontemplatif dan terus menerus berkreasi. Menanggapi tantangan zaman dalam kegembiraan dan kesderhanaan, keberpihakan bagi mereka yang menderita karena ketidakadilan dan berkesesakan hidup Jumlah yang berkarya di wilayah Gereja St. Odilia 3 suster
Sekaligusberpromosi agar ada yang tertarik untuk menjadi suster CB setelah mereka mengenal cikal bakal suster CB dan perkembangan CB sampai saat ini ketika merayakan seabad di Indonesia. Setelah mendengarkan sejarah singkat perjalanan 10 suster misionaris CB yang pertama dan menyaksikan perkembangan pelayanan suster CB hingga saat ini
MENGABDI sebagai biarawati tidak pernah Zita CB sesali dalam hidupnya. Ia justru sangat bangga memilih jalan hidup untuk melayani banyak orang yang sampai hari ini ia lewati, meski terkadang tantangan menghadang di depan matanya. Meskipun sudah berusia 74 tahun, badannya masih tegap dan kuat membantu sesama di pelosok Indonesia. "Tahun depan, saya sudah mencapai 50 tahun menjadi suster," kata Zita CB yang tak pernah lelah membantu sesama. Sejak 5 tahun lalu, Suster Zita CB berdomisili di Mano, Ruteng, Nusa Tenggara Timur, dengan fokus membantu orang-orang penyandang disabilitas, sakit, maupun kaum lansia. Setiap hari, di usianya yang sudah tidak lagi muda, tanpa mengenal lelah suster kelahiran Yogyakarta ini mengunjungi beberapa orang yang membutuhkan di Kota Mano. Dia harus menempuh jarak berpuluh-puluh kilometer dengan berjalan kaki. "Di situ kan dirasa masyarakat perlu perhatian, kami berpegang teguh dengan visi dan misi ingin memuliakan Tuhan," kata Zita CB. Pertolongan yang dilakukan Suster Zita CB kepada mereka yang membutuhkan dengan memberikan dukungan secara morel maupun materi. "Kami mendekati mereka dengan cinta kasih," ungkapnya. Sebelum mengabdi di NTT, Suster Zita CB juga pernah ditempatkan di kota-kota lain, seperti Bandung, Jawa Barat, dan Sorong, Papua. Permasalahan hidup masyarakat yang dibantunya pun beragam, dari masalah ekonomi hingga kesehatan. Bahkan, saat di Sorong, Papua, Zita mengaku ditempatkan pada lingkungan pekerja seks komersial PSK. Namun, tanpa rasa takut, Suster Zita CB mendatangi para PSK dan para germo di lokalisasi dan bar-bar hingga panti pijat plus-plus untuk menyosialisasikan dan mencegah penyebaran HIV/AIDS. "Saat itu kami memang belum menemukan banyak penderita HIV/AIDS, baru satu atau dua orang. Tapi kalau ditelusur, mungkin lebih banyak karena kan saat itu belum diketahui bagaimana penularan, pengobatan, dan pelayanannya," ungkap Zita. Tanpa pertengkaran Untuk bisa membawa mereka ke jalan yang benar tanpa ada pertengkaran, ia mengaku tidak bisa melarang para PSK dan germo ini melakukan hal tersebut, tetapi Zita mencoba mencegahnya dengan pendekatan kasih. "Kami tidak pula mengatakan berdosa, tetapi mengatakan bahwa nanti kami pulang ke Bapak harus bersih, kami juga harus bertobat. Harus dengan kasih untuk mengubah mereka kembali," kata Zita Dari usahanya, banyak beberapa PSK akhirnya bertobat dan berganti mata pencarian, ada juga yang sudah hidup mandiri, bahkan angka penderita HIV/AIDS menurun. Kini di usia tak lagi muda, Suster Zita CB tidak pernah berpikir untuk berhenti menolong sesama. Perempuan yang hobi bercocok tanam dan berternak ini akan terus mengabdi hingga akhir dirinya menutup mata. Wan/M-4
HUTKongregasi CB ke-174 Acara yang dihadiri oleh para Suster CB Rayon DI. Yogyakarta dan Jawa Tengah ini sekaligus merayakan pesta 25, 40, 50, dan 60 hidup membiara bagi 27 suster yang merayakannya di tahun 2011. "Karya Allah terus menerus menyertai perjalanan kongregasi. Perjalanan kongregasi adalah jalan keselamatan Allah.
9 episodes Suster CB Indonesia, melayani dengan kharisma Bunda Pendiri, Bunda Elisabeth Gruyters, Cinta Tak Bersyarat dan Berbela Rasa kepada Yesus yang Tersalib, di bawah lindungan St. Carolus Borromeus Suster CB Indonesia, melayani dengan kharisma Bunda Pendiri, Bunda Elisabeth Gruyters, Cinta Tak Bersyarat dan Berbela Rasa kepada Yesus yang Tersalib, di bawah lindungan St. Carolus Borromeus SEP 4, 2020 Sharing dari Garda Depan RS Sint Carolus Sharing dari Garda Depan RS Sint Carolus Pengalaman St. Carolus Borromeus menghadapi wabah pes 5 abad yll menginspirasi Sr. Dorothea, perawat RS Sint Carolus. Demi mereka yang sedang berjuang, mari kita taati protokol kesehatan. JUN 29, 2020 Memaknai Kematian Menyemai Kehidupan Memaknai Kematian Menyemai Kehidupan Sebuah Renungan Peringatan Wafatnya Bunda Elisabeth Gruyters ke-156, 26 Juni 2020. Renungan St. Yetty CB, disuarakan oleh Sr. Tekla CB JUN 22, 2020 Biarkan Kole-kole Terus Melaju Biarkan Kole-kole Terus Melaju Kisah seorang suster yang bertugas di asrama, mengantar anak asramanya menemui ibunya yang tiada kabar. Ternyata ibunya sakit dan tak mampu lagi membiayai sekolah anaknya. Lalu bagaimana kisah selanjutnya? Haruskah anak ini dikeluarkan dari asrama? JUN 22, 2020 Zoom Sharing Panggilan - 3 Mei 2020 Zoom Sharing Panggilan - 3 Mei 2020 Ingin tahu bagaimana kisah para suster menjawab panggilan Tuhan, atau ingin tahu jawaban-jawaban para suster atas pertanyaan-pertanyaan OMK tentang panggilan MAY 27, 2020 Solidaritas Suster CB dalam Pandemi Covid-19 Solidaritas Suster CB dalam Pandemi Covid-19 Surat Edaran Paskah 2020 Bangkit, Bersaudara dan Bersolidaritas dan Komitmen CB dalam Solidaritas Covid-19 oleh Sr. Yustiana CB Top Podcasts In Religion & Spirituality
BagianGedung E Lantai 8, Kompleks Kemdikbud akhir edisi ini menyajikan berita-berita seputar kegiatan yang dilaksanakan Jl. Jenderal Sudirman, Senayan, Jakarta-10270 Pusbang SDM Kebudayaan. Telepon : (021) 572 5704, 572 5519 Kami berharap Majalah INSAN BUDAYA edisi Agustus ini dapat menambah Email: majalahinsanbudaya@
Sebagaisuster CB, kami mencoba untuk hidup dan berkarya sesuai dengan semangat Injil dalam semangat Bunda Elisabeth (cf. Konst. 6). "Kharisma Bunda Elisabeth memberi inspirasi kepada kita yang dipanggil dalam Kongregasi ini, untuk berusaha membina dan mengungkapkan sikap "Hamba Yahwe" dalam hidup kita.
JAMBI- Jelang peringatan Hari Dharma Karya Dhika (HDKD) ke 77 tahun 2022, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia (Kemenkumham RI) menyelenggarakan Kejuaraan Menembak Menkumham Cup 2022.. Dibuka secara resmi oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Yasonna H. Laoly, perwakilan dari Unit Eselon I dan Kantor Wilayah di seluruh Indonesia hadir mengikuti pertandingan kali ini.
Suasanaharu mengiringi pelepasan 2 (dua) orang pegawai Lapas Kelas IIB Tuban yaitu Bapak Rudi Dwiyanto, SH selaku Kepala Sub Bagian Tata
nPjB. l6uch9bplv.pages.dev/300l6uch9bplv.pages.dev/96l6uch9bplv.pages.dev/282l6uch9bplv.pages.dev/201l6uch9bplv.pages.dev/42l6uch9bplv.pages.dev/380l6uch9bplv.pages.dev/467l6uch9bplv.pages.dev/469
perjalanan suster cb ke indonesia